Senin, 14 September 2015

Dasar-Dasar Pengukuran dan Evaluasi


TUGAS

Dasar-Dasar Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan


DOSEN MATA KULIAH
Dr. Patahuddin, M.Pd







OLEH :
SUDARMING


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2015
A.      Skala Pengukuran
Reynolds, et al. (2010:34) dalam Kusaeri dan Suprananto (2012:20) Skala merupakan suatu sistem atau skema untuk menetapkan nilai atau skor terhadap karakteristik yang diukur. Empat skala pengukuran dan masing-masing skala memiliki sifat yang berbeda serta memberikan jenis informasi yang berbeda pula (unik) keempat skala pengukuran tersebut adalah nominal, ordinal, interval dan rasio.
1.      Skala Nominal
Skala nominal merupakan skala paling sederhana dari empat skala yang ada. Sakal nominal memberikan suatu system kualitatif untuk mengkategorikan orang atau objek ke dalam kategori, kelas atau klasifikasi (Thorndike,2005:26)
Dalam banyak hal, kategori tersebut saling asing. Sebagai contoh jenis kelamin merupakan contoh skala nominal yang memadai seseorang yakni laki-laki atau perempuan. Bila seseorang telah dinyatakan laki-laki maka tidak mungkin orang tersebut dinyatakan pula sebagai perempuan. Hal inilah yang disebut sebagai saling asing.
Dalam beberapa kasus, digunakan pula bilangan dalam skala nominal untuk mengidentifikasi atau member label kategori. Namun, kategori tersebut bukanlah urutan dalam makna. Sebagai contoh, sering digunakan bilangan 1 untuk mewakili kategori mahasiswa yang memilih jurusan pendidikan, 2 untuk amahasisiwa yang mengambil jurusan keagamaan dan 3 untuk mewakili mahasiswa yang mengambil jurusan psikologi.dalam hal ini tidak ada maksud untuk membuat urutan dari kategori diatas. Artinya 3 dalam hal ini ini tidak lebih besar dari 2 dan tidak lebih besar dari 1. Bilangan yang digunakan pada skala nominal juga tidak dapat ditambah, dikurangi diperingkat (diranking) atau dilakukan manipulasi yang lain. Sebagao konsekuensinya, banyak prosedur statistic tidak dapat digunakan pada skala ini sehingga kegunaan skala ini terbatas.
2.      Skala Ordinal
Skala ordinal memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek sesuai dengan banyak atau kuantitas dari karakteristik yang dimilikinya. Pada skala ordinal, dimungkinkan untuk melakukan penghitungan (kuantifikasi) variabel-variabel yang diuji sehingga dapat memberikan informasi yang lebih subtansial dibandingkan dengan skala nominal. Urutan siswa didalam kelas berdasarkan tinggi badan, mulai dari paling tinggi ke rendah merupakan sebuah contoh skala ordinal. Pada contoh ini, siswa dengan badan tertinggi diberi urutab ke-1, kemudian dibawahnya diberi ke-2 dan seterusnya.
Walaupun skala ordinal memberikan informasi secara kuantitatif, namun tidak menjamin adanya konsistensi dalam interval antarurutan. Artinya, perbedaan tinggi badan antara siswa urutan ke-1 dan ke-2 mungkin empat sentimeter, sedangkan perbedaan tinggi badan siswa antara urutan ke-3 dan ke-4 hanya satu sentimeter.
3.      Skala Interval
Skala Interval dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan skala nominal atau ordinal. Skala interval juga memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek seperti halnya skala ordinal, namun dengan unit yang sama. Melalui unit yang sama maka perbedaan antara unit-unit yang berdekatan pada skala itu ekuivalen. Misalnya, selisih skor antara 70 dan 71 adalah sama dengan selisih skor 50 dan 51 (92 dan 93, 37 dan 38, dan seterusnya)
Kebanyakan tes di bidang pendidikan didesain untuk menghasilkan skor-skor interval. Perhatikan contoh skor untuk ketiga orang pada tes sikap berikut. Misalnya siswa A mendapat skor 100, siswa B mendapat skor 110, dan siswa C mendapat skor 120. Berdasarkan skor ketiga siswa tersebut, dapat dibuat beberapa kesimpulan. Pertama, skor siswa C merupakan skor tertinggi kemudian diikuti oleh siswa B dan Siswa A. Kedua, selisih skor siswa A dan Siswa B (yakni 10 poin) ekuivalen dengan selisih skor siswa B dan siswa C (juga 10 poin). Ketiga, selisih skor antara B dan C (yakni 20 poin) adalah dua kali lebih besar selisih anatar siswa A dan siwa C (yakni 10 poin).
Skal interval juga dapat dimanipulasi dengan menggunakan operasi-operasi matematika, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, sedangkan skala-skala nominal dan ordinal tidak dapat dikenai operasi-operasi tersebut. Keuntungan lain dari skala interval adalah kebanyakan prosedur-prosedur statistic dapat digunakan pada data skala interval ini.
Salah satu kelemahan dari skala interval adalah tidak adanya nilai nol mutlak. Sebagai contoh, jika seorang siswa tidak dapat menjawab dengan benar satu pertanyaanpun dalam satu tes dan ia mendapat skor nol, bukan berarti siswa tersebut tidak mengerti sama sekali tentang konsep yang di ujikan. Akan tetapi, skor nol yang didapat sangat mungkin disebabkan karena tidak ada butir soal yang memiliki tingkat kesulitan yang sesuai dengan kemapuannya atau adanya kesalahan dalam proses pengujian.

4.      Skala Rasio
Pada dasarnya, skala rasio memiliki sifat seperti pada skala interval, tetapi kala ini memiliki nol mutlak yang menunjukkan ketiadaan karakteristik yang diukur. Panjang, kecepatan, dan berat merupakan contoh sakal rasio. Malaui skala ini kita dapat menginterpretasikan perbandingan antarskor. Sebagai contoh, tinggi pohon 20 m adalah dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan pohon yang tingginya 10 m, kendaraan yang melaju dengan kecepatan 60km/jam adalah dua kali lebih cepat disbanding kendaraan dengan kecepatan 30 km/jam.
Namun demikian, skala ini tidak dapat digunakan dalam memaknai atau menginterpretasikan skal interval. Sebagai contoh, siswa yang memiliki IQ 100 bukan berarti dua kali seorang siswa dengan IQ 50. Dengan demikian, skala rasio ini jarang digunakan di dalam pengikuran pendidikan (khususnya dalam konteks tes prestasi kelas). Namun demikian, banyak isu-isu di dalam pengukuran pendidikan yang berkaitan dengan skala rasio.
B.      Skala Penilaian
1.      Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item isntrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a.      Sangat Setuju              a. Selalu
b.      Setuju                          b. Sering
c.       Ragu-ragu                   c. Kadang-kadang
d.      Sangat tidak setuju     d. Tidak Pernah


2.      Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya – idak” ; “benar – slah”; “pernah – tidak pernah”; “positif – negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju sampai “sangat tidak setuju” maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
3.      Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga dapat digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun Cheklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, jawaban yang “sangat negatif” terletak dibagaian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
4.      Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan Rating Scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab slah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan. Akan tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitaif yuang telah disediakan. Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya.
Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada item instrumen.

Dasar-Dasar Pengukuran dan Evaluasi Rating: 4.5 Diposkan Oleh: jelajahpemikir

0 komentar:

Posting Komentar