TUGAS
Dasar-Dasar
Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan
DOSEN MATA
KULIAH
Dr. Patahuddin, M.Pd
OLEH
:
SUDARMING
PROGRAM
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
TAHUN
2015
A.
Skala Pengukuran
Reynolds, et al.
(2010:34) dalam Kusaeri dan Suprananto (2012:20) Skala merupakan suatu sistem
atau skema untuk menetapkan nilai atau skor terhadap karakteristik yang diukur.
Empat skala pengukuran dan masing-masing skala memiliki sifat yang berbeda
serta memberikan jenis informasi yang berbeda pula (unik) keempat skala
pengukuran tersebut adalah nominal, ordinal, interval dan rasio.
1. Skala
Nominal
Skala nominal
merupakan skala paling sederhana dari empat skala yang ada. Sakal nominal
memberikan suatu system kualitatif untuk mengkategorikan orang atau objek ke
dalam kategori, kelas atau klasifikasi (Thorndike,2005:26)
Dalam banyak hal,
kategori tersebut saling asing. Sebagai contoh jenis kelamin merupakan contoh
skala nominal yang memadai seseorang yakni laki-laki atau perempuan. Bila
seseorang telah dinyatakan laki-laki maka tidak mungkin orang tersebut
dinyatakan pula sebagai perempuan. Hal inilah yang disebut sebagai saling
asing.
Dalam beberapa
kasus, digunakan pula bilangan dalam skala nominal untuk mengidentifikasi atau
member label kategori. Namun, kategori tersebut bukanlah urutan dalam makna.
Sebagai contoh, sering digunakan bilangan 1 untuk mewakili kategori mahasiswa
yang memilih jurusan pendidikan, 2 untuk amahasisiwa yang mengambil jurusan
keagamaan dan 3 untuk mewakili mahasiswa yang mengambil jurusan psikologi.dalam
hal ini tidak ada maksud untuk membuat urutan dari kategori diatas. Artinya 3
dalam hal ini ini tidak lebih besar dari 2 dan tidak lebih besar dari 1.
Bilangan yang digunakan pada skala nominal juga tidak dapat ditambah, dikurangi
diperingkat (diranking) atau dilakukan manipulasi yang lain. Sebagao
konsekuensinya, banyak prosedur statistic tidak dapat digunakan pada skala ini
sehingga kegunaan skala ini terbatas.
2. Skala
Ordinal
Skala ordinal
memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek sesuai dengan banyak atau
kuantitas dari karakteristik yang dimilikinya. Pada skala ordinal, dimungkinkan
untuk melakukan penghitungan (kuantifikasi) variabel-variabel yang diuji
sehingga dapat memberikan informasi yang lebih subtansial dibandingkan dengan
skala nominal. Urutan siswa didalam kelas berdasarkan tinggi badan, mulai dari
paling tinggi ke rendah merupakan sebuah contoh skala ordinal. Pada contoh ini,
siswa dengan badan tertinggi diberi urutab ke-1, kemudian dibawahnya diberi
ke-2 dan seterusnya.
Walaupun skala
ordinal memberikan informasi secara kuantitatif, namun tidak menjamin adanya
konsistensi dalam interval antarurutan. Artinya, perbedaan tinggi badan antara
siswa urutan ke-1 dan ke-2 mungkin empat sentimeter, sedangkan perbedaan tinggi
badan siswa antara urutan ke-3 dan ke-4 hanya satu sentimeter.
3. Skala
Interval
Skala Interval
dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan skala nominal atau
ordinal. Skala interval juga memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek
seperti halnya skala ordinal, namun dengan unit yang sama. Melalui unit yang
sama maka perbedaan antara unit-unit yang berdekatan pada skala itu ekuivalen.
Misalnya, selisih skor antara 70 dan 71 adalah sama dengan selisih skor 50 dan
51 (92 dan 93, 37 dan 38, dan seterusnya)
Kebanyakan tes di
bidang pendidikan didesain untuk menghasilkan skor-skor interval. Perhatikan
contoh skor untuk ketiga orang pada tes sikap berikut. Misalnya siswa A
mendapat skor 100, siswa B mendapat skor 110, dan siswa C mendapat skor 120.
Berdasarkan skor ketiga siswa tersebut, dapat dibuat beberapa kesimpulan.
Pertama, skor siswa C merupakan skor tertinggi kemudian diikuti oleh siswa B
dan Siswa A. Kedua, selisih skor siswa A dan Siswa B (yakni 10 poin) ekuivalen
dengan selisih skor siswa B dan siswa C (juga 10 poin). Ketiga, selisih skor
antara B dan C (yakni 20 poin) adalah dua kali lebih besar selisih anatar siswa
A dan siwa C (yakni 10 poin).
Skal interval juga
dapat dimanipulasi dengan menggunakan operasi-operasi matematika, seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, sedangkan skala-skala
nominal dan ordinal tidak dapat dikenai operasi-operasi tersebut. Keuntungan
lain dari skala interval adalah kebanyakan prosedur-prosedur statistic dapat
digunakan pada data skala interval ini.
Salah satu
kelemahan dari skala interval adalah tidak adanya nilai nol mutlak. Sebagai
contoh, jika seorang siswa tidak dapat menjawab dengan benar satu pertanyaanpun
dalam satu tes dan ia mendapat skor nol, bukan berarti siswa tersebut tidak
mengerti sama sekali tentang konsep yang di ujikan. Akan tetapi, skor nol yang
didapat sangat mungkin disebabkan karena tidak ada butir soal yang memiliki
tingkat kesulitan yang sesuai dengan kemapuannya atau adanya kesalahan dalam
proses pengujian.
4. Skala
Rasio
Pada dasarnya,
skala rasio memiliki sifat seperti pada skala interval, tetapi kala ini
memiliki nol mutlak yang menunjukkan ketiadaan karakteristik yang diukur.
Panjang, kecepatan, dan berat merupakan contoh sakal rasio. Malaui skala ini
kita dapat menginterpretasikan perbandingan antarskor. Sebagai contoh, tinggi
pohon 20 m adalah dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan pohon yang
tingginya 10 m, kendaraan yang melaju dengan kecepatan 60km/jam adalah dua kali
lebih cepat disbanding kendaraan dengan kecepatan 30 km/jam.
Namun demikian,
skala ini tidak dapat digunakan dalam memaknai atau menginterpretasikan skal
interval. Sebagai contoh, siswa yang memiliki IQ 100 bukan berarti dua kali
seorang siswa dengan IQ 50. Dengan demikian, skala rasio ini jarang digunakan
di dalam pengikuran pendidikan (khususnya dalam konteks tes prestasi kelas).
Namun demikian, banyak isu-isu di dalam pengukuran pendidikan yang berkaitan
dengan skala rasio.
B. Skala
Penilaian
1. Skala
Likert
Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut variabel
penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan.
Jawaban setiap
item isntrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat
Setuju a. Selalu
b. Setuju b. Sering
c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang
d. Sangat
tidak setuju d. Tidak Pernah
2. Skala
Guttman
Skala pengukuran
dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya – idak” ; “benar –
slah”; “pernah – tidak pernah”; “positif – negatif” dan lain-lain. Data yang
diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif).
Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat
setuju sampai “sangat tidak setuju” maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua
interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala
Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan.
3. Semantic
Defferensial
Skala pengukuran
yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga
dapat digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda
maupun Cheklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat
positifnya” terletak dibagian kanan garis, jawaban yang “sangat negatif”
terletak dibagaian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data
interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik
tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
4. Rating
Scale
Dari ketiga skala
pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah
data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan Rating Scale data
mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kualitatif.
Responden
menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak
pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden
tidak akan menjawab slah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan.
Akan tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitaif yuang telah disediakan. Oleh
karena itu rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran
sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya.
Yang penting bagi
penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap
angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada item instrumen.
0 komentar:
Posting Komentar