Selasa, 19 Januari 2016

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN EKSPERIMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik untuk mencapai suatu tujuan dengan memanfaatkan secara selektif dan efektif alat-alat pendidikan, berlangsung dalam lingkungan pendidikan yang harmonis. Pendidikan dapat diperoleh melalui lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Proses pembelajaran dalam pendidikan tertera dalam Peraturan Pemerintah No.19 pasal 19 ayat 1 berbunyi “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologi siswa” (Kusdaryani dan trimo 2009). Proses pembelajaran pada satuan pendidikan tersebut tidak lepas dari upaya dalam mengefektifkan sebuah pembelajaran salah satunya adalah dengan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dari sebuah pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih strategi kegiatan belajar yang akan digunakan sepanjang proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Hubungan antara strategi, tujuan dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai satu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran dan perumusan tujuan kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung (Hamzah, 2011). Pemilihan strategi pembelajaran yang kemudian digunakan pada sebuah metode pembelajaran tidak lepas pula dari pertimbangan bahan bidang studi yang akan diajarkan. Hal ini disebabkan karena setiap bidang studi memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Geografi merupakan salah satu bidang studi atau mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menengah atas (SMA), melalui pelajaran geografi dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dan sikap rasional dan bertanggung jawab dalam menghadapi gejala alam dengan kehidupan di muka bumi serta permasalahan yang timbul akibat interaksi antara manusia dan lingkungan. Menurut Depdikbud 1993, Pembelajaran geografi di SMA mencakup pemahaman dasar-dasar pengertian geografi dan sistem informasi geografi, kajian sistematik tentang gejala-gejala alam dan kehidupan, kajian regional (wilayah) mengenai beberapa kawasan penting dunia yang ada di Benua Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika, kajian khusus yang sejalan dengan kecenderungan perkembangan ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu mengenai industri dan persebarannya serta pola keruangan desa dan kota. Pembelajaran ini memperhatikan aspek keruangan, kelingkungan dan komplek wilayah. Dalam pembelajaran ini bagaimana peran guru geografi memperkaya pengalaman belajar siswa, pengalaman belajar ini diperoleh melalui serangkaian penjelajahan lingkungan secara aktif dan menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar. Realitanya di lapangan di SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru, guru masih mengabaikan aspek lingkungan sebagai sumber belajar pada siswa dalam pembelajaran geografi. selain itu, berdasarkan pengamatan penulis masih banyak guru yang menggunakan pembelajaran yang konvensional dilakukan dengan metode ceramah serta pendekatan yang hanya memusat pada guru. Kita menyadari bahwa salah satu kelemahan metode ceramah jika diterapkan secara murni adalah tidak melibatkan anak didik secara aktif dalam proses pembelajaran akibatnya materi tersebut menjadi kurang menarik. Pembelajaran yang kurang menarik menyebabkan rendahnya minat belajar siswa terkhusus pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanete Rilau terhadap mata pelajaran geografi. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang besrifat kaku dan baku, sehingga pada akhirnya menimbulkan kebosanan, dan tidak jarang siswa mengantuk saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini mengakibatkan adanya aktivitas siswa yang lebih cenderung bermain-main dalam kelas, ribut dan tidak memperhatikan penjelasan guru yang pada akhirnya juga berpengaruh pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata siswa kelas XI IPS mata pelajaran geografi adalah 75 pada materi sebelumnya dengan persentase ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 45 persen dari 60 siswa kelas IX IPS sementara KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang berlaku adalah 75,00. SMA Negeri 1 Tanete Rilau adalah sekolah yang berada di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru yang dalam proses pembelajarannya hanya di dalam kelas dengan metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Selama 90 menit proses pembelajaran berlangsung untuk 2 x pertemuan (2 x 45 menit) mata pelajaran geografi, guru menggunakan waktu sekitar ± 60 menit untuk menjelaskan materi. Permasalahan-permasalahan itulah yang ditemukan dari observasi kelas yang telah dilakukan peneliti, maka guru dalam pelajaran geografi memerlukan inovasi. Dengan inovasi tersebut diharapkan siswa tetap antusias, merasa senang serta dapat memperkaya pengalaman belajar yang diperoleh melalui serangkaian penjelajahan lingkungan secara aktif. Sehingga dapat menghilangkan anggapan siswa bahwa pembelajaran geografi membosankan tetapi sebaliknya. Peneliti mencoba memberikan satu solusi melakukan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang dianggap efektif yaitu efektivitas strategi pembelajaran PAILKEM dalam metode outdoor study pada pembelajaran geografi. Hal ini didukung dengan adanya kondisi lingkungan di SMA Negeri 1 Tanete Rilau yang cocok untuk metode pembelajaran outdoor study. Di lingkungan sekitar sekolah terdapat bukit, areal persawahan, tumbuhan, dan objek alam lain maupun sosial yang cocok untuk dikaji dan dijadikan sumber/ media belajar dalam pembelajaran geografi, termasuk pada materi “Lingkungan Hidup”. Menurut (Hamzah, 2011) Strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Dimana PAILKEM adalah sinonim dari pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menarik. Dimaksudkan dengan strategi karena bidang garapannya tertuju pada bagaimana cara (1) pengorganisasian materi pembelajaran, (2) menyampaikan atau menggunakan metode pembelajaran, dan (3) mengelolah pembelajaran sebagaimana yang dikehendaki oleh ilmuan pembelajaran selama ini. Strategi pembelajaran PAILKEM ini kemudian digunakan dalam metode outdoor study pada mata pelajaran geografi. Tujuan dari pembelajaran geografi diharapkan lebih mengena dan berkesan dalam benak siswa apabila mereka langsung berhadapan pada permasalahan praktis di sekelilingnya (di luar kelas). Adapun faktor dari siswa yang perlu menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode dan pelaksanaan pembelajaran adalah tipe-tipe belajar siswa, karakter siswa, motivasi, perhatian, semangat, minat siswa terhadap mata pelajaran dan berbagai faktor internal lainnya. Keuntungan belajar di luar kelas (outdoor study) yaitu: (1) menyediakan pengalaman nyata; (2) meningkatkan motivasi dan keberhasilan siswa belajar; (3) siswa menjadi aktif; (4) siswa lebih lama mengingat fakta; dan (5) siswa lebih senang dan bergairah (Sukarto, 2011). Kekurangan metode outdoor study yaitu: “(1) Kegiatan dilakukan di luar kelas sehingga membutuhkan banyak waktu dan persiapan; (2) membutuhkan tenaga yang ekstra dari guru untuk mengawasi siswa selama kegiatan; (3) jika sekolah tidak memiliki tempat yang cukup luas untuk kegiatan diluar kelas maka guru harus mencari tempat alternatif lainnya; (4) siswa terkadang bermain sendiri dan enggan belajar; (5) guru harus membuat rencana dan susunan kegiatan terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan” (Puti, 2012). Hasil penelitian yang relevan membuktikan bahwa meskipun terdapat beberapa kelemahan/kekurangan pada metode outdoor study ternyata mampu meningkatkan prestasi dan minat belajar siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi Satriani (2013), dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Outdoor Study Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Geografi Pada Materi Pokok Lingkungan Hidup Siswa Kelas Viii-C Smp Negeri 3 Salomekko Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone” menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VIII-C dengan persentase aktivitas belajar dari 76,58 persen menjadi 89,08 persen yang berdampak pada peningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa dengan persentase hasil belajar dari 53,57 persen menjadi 85,71 persen. Pada siklus I, peningkatan nilai rata rata siswa sebesar 4,84 persen dan pada siklus II sebesar 3,79 persen. Sedangkan untuk penelitian yang menerapkan strategi pembelajaran PAILKEM juga menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Hanifa Reza Afridia (2013) denngan judul “Implementasi Strategi Pembelajaran Pailkem Dengan Media Audio Visual Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV Semester II SD N 01 Windurojoyo Pekalongan” menununjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran PAILKEM dengan Media Audio Visual memperoleh hasil dengan kriteria “Baik” dimana aktivitas peserta didik mengalami peningkatan dari setiap pertemuan dimana rata-rata hasil pengamatan menunnjukkan hasil pengeamatan sebesar 65 persen dan 67 persen dari kedua pengamat. Guru mampu membawa peserta didiknya kedalam suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan keaktivan, keberanian dan antusias peserta didik dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, serta hasil-hasil penelitian yang terkait penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Strategi Pembelajaran PAILKEM Dalam Metode Outdoor Study Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanete Rilau, Kabupaten Barru”. Penulis menyesuaikan materi yang sama untuk dua kelas yang berbeda pada penelitian ini, dimana kelas yang satu sebagai kelompok kontrol yaitu kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan kelas yang lainnya sebagai kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran PAILKEM dalam metode outdoor study. Pemilihan lingkungan di luar sekolah sebagai sumber belajar akan disesuaikan dengan materi pelajarannya. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional? 2. Bagaimana hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran PAILKEM dalam metode outdoor study? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru antara kelas yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran PAILKEM dalam metode outdoor study? 4. Apakah strategi pembelajaran PAILKEM dalam metode outdoor study efektif terhadap hasil belajar geografi pada siswa XI IPS SMA Negeri 1 Tanete Rilau? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. 2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran PAILKEM dalam metode outdoor study. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanete Rilau Kabupaten Barru antara kelas yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran PAILKEM dalam metode outdoor study. 4. Untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran PAILKEM dalam metode outdoor study efektif terhadap hasil belajar geografi pada siswa XI IPS SMA Negeri 1 Tanete Rilau. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat bagi siswa: hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk dapat menumbuh kembangkan segala potensi yang mereka miliki, meningkatkan minat belajar terhadap pembelajran geografi dan pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka. 2. Manfaat bagi guru: dengan penelitian eksperimen ini, guru dapat meningkatkan profesionalisme dalam menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai untuk dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif. 3. Manfaat bagi sekolah: hasil penelitian ini memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan strategi pembelajaran geografi pada khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya. BAB II TINJAUN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Kriteria utama suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil adalah dengan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses untuk mencapai tujuan tersebut harus memperhatikan beberapa faktor, salah satunya adalah efektivitas dalam pembelajaran. Efektif berkenaan dengan jalan, upaya, teknik, strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat (Nana Sudjana, 1995: 59). Sedangkan menurut Hartutik (2006: 8), “Efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, adanya partisipasi aktif dari anggota”. Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana/fasilitas memadai, materi dan metode affordable, guru profesional. Kefektivan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar, melainkan ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan padapenggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks. Kriteria kefektivan mengacu pada (Nurgana, 1985: 63): 1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang kurangnya 75 persen dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 75 dalam peningkatan prestasi belajar. 2) Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan). 3) Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang efektivitas pembelajaran dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan suatu usaha atau strategi yang melibatkan seluruh komponen pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya secara tepat. Pembelajaran dapat dikatan efektif apabila ketuntasan belajar peserta didik dapat mencapai 75 persen dari jumlah peserta didik yang memperoleh nilai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). 2. Hakikat Pembelajaran PAILKEM Sebagai seorang guru agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang menekankan terjadinya proses belajar secara aktif dapat melalui berbagai kegiatan. Menurut Sumiati dan Asra (2009) “guru perlu membuat perencanaan dengan rancangan yang sekurang-kurangnya berisi tujuan yang akan dicapai, matei pembelajaran, strategi pencapaian (metode, alat dan teknik mengajar) dan bagaimana menilai atau mengukur keberhasilan pencapain tujuan.” Strategi pembelajaran PAILKEM merupakan penyempurna dari pembelajaran yang sudah ada sebelumnya yaitu PAKEM, PAIKEM, maupun PAIKEM GEMBROT, dalam pembelajaran PAILKEM ditambahkan kata lingkunggan. Hal ini dimaksudkan mengenai peran lingkungan sebagai sumber belajar peserta didik oleh karena itu karakteristik pembelajaran PAKEM, PAIKEM, PAIKEM GEMBROT maupun PAILKEM hampir sama. Karakteristik pembelajaran ini yaitu berpusat kepada siswa (student-centered) dan belajar dengan situasi yang menyenagkan (joyfull learning) (Uno dan Mohammad, 2012). Menurut Suprijono (2010) bahwa “ pembelajaran PAILKEM adalah pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara informasi baru dengan pengalaman yang telah dimiliki peserta didik.” Hal ini menunjukan bahwa peserta didik dibelajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat digunakan di luar kelas dan peserta didik diperkenalkan bekerja secara kooperatif. Menurut Hamzah (2011) strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Dimaksudkan dengan strategi karena bidang garapannya tertuju pada bagaimana cara: (1) pengorganisasian materi pembelajaran (2) menyampaikan atau menggunakan metode pembelajaran, dan (3) mengelolah pembelajaran sebagaimana yang dikehendaki oleh ilmuan pembelajaran selama ini seperti Reigeluth dan Merill yang telah meletakkan dasar-dasar intruksional yang mengoptimalkan proses pembelajaran. 3. Strategi pembelajaran PAILKEM PAILKEM merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inofatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menarik. Sinonim dari PAILKEM tersebut secara singkat diuraikkan sebagai berikut ini. 1) Pembelajaran yang Aktif Konsep pembelajaran aktif bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif. Dalam proses pembelajaran itu terjadi dioalog yang interaktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar lainnya. Dalam suasana pembelajaran yang aktif tersebut siswa tidak terbebani secara perseorangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar , tetapi mereka saling bertanya dan berdiskusi sehingga beban belajar bagi mereka sama sekali tidak terjadi. Dengan strategi pembelajaran yang aktif ini diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi yan mereka miliki sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka. Strategi pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran adalah peserta didik diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru, atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Peserta didik bukanlah gelas kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang pengetahuan atau informasi sebagaimana yang digambarkan. (Uno dan Mohamad, 2012) Menurut Jauhar, (2011) pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua peserta didik dan guru secara fisik, mental, emosional bahkan moral dan spiritual. Guru harus aktif bertanya sehingga peserta didik aktif bertanya, membangun gagasan dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif peserta didik dalam membangun pengetahuannya sendiri. Menurut Jauhar, (2011) guru dan peserta didik bertindak aktif dalam hal: Guru, (1) memberikan umpan balik, (2) mengajukan pertanyaan yang menantang, (3) mendiskusikan gagasan. Peserta didik, (1) bertanya atau meminta penjelasan, (2) mengemukakan gagasan, (3) mendiskusikan gagasan orang lain dan gagasannya sendiri. Kegiatan yang dilakukan untuk membantu strategi pembelajaran aktif, guru dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran serta model pembelajaran yang relevan. Beberapa model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran aktif menurut Uno dan Mohamad, (2012) adalah sebagai berikut: (1) Model Berbagi Pengalaman (2) Model Kartu Arisan (3) Model Example Non Example (4) Model Picture And Picture (5) Model Cooperative Script (6) Model Mind Mapping (7) Model Make A Match (8) Model Debat (9) Model Role A Playing (10) Model Talking A Stick (11) Model Bertukar Pasangan (12) Model Snowball Throling (13) Model Student Facilitator End Explaining (14) Model Cuorse Review Horary (15) Explicit Introduction (16) Model Cooperative Integratide Reading And Composition (17) Model Inside Outside Circle (18) Model Tebak Kata (19) Model Word Square (20) Model Scremble. Pembelajaran aktif tidak dapat berjalan secara hampa tanpa variasi dari guru dalam menerapkan berbagai metode dalam pembelajaran. Berikut ini beberapa metode dalam pembelajaran menurut Uno dan Mohamad, (2012:), meskipun demikian untuk menerapkan metode haruslah disesuakian dengan karakteristik peserta didiknya: (1) Metode Pembelajaran Dengan Audio Visual (2) Metode Curahan Pendapat (3) Metode Studi Kasus (4) Metode Demonstrasi (5) Metode Penemuan (6) Metode Jigsaw (7) Metode Kegiatan Lapang (8) Metode Ceramah (9) Metode Diskusi Kelompok (10) Metode Pembicara Tamu (11) Metode Tulis Berantai (12) Metode Debat (13) Metode Presentasi (14) Metode Bermain Peran (15) Metode Simulasi (16) Metode Tugas Proyek (17) Metode Penilaian Sejawat (18) Metode Bola Saju (19) Metode Kunjung Karya. Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan demikian pembelajaran haruslah selalu melibatkan peserta didik. Anak-anak akan belajar dengan baik dan dapat dengan mudah memahami apabila apa yang terjadi terkait dengan apa yang sudah diketahui mereka, pembelajaran sesuai dengan gaya belajar atau karakteristik peserta didik. Guru harus pandai dalam menentukan model atau metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran agar peserta didik dapat dengan mudah memahami materi yang diajarkan. 2) Pembelajaran yang Inofatif Pembelajaran yang inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar. Maksud dari inovatif di sini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa yang sedang belajar. Dalam strategi pembelajaran yang inovatif ini, guru tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui aktivitas belajar yang dibangun melalui strategi ini, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang dia pelajari. Pelajaran yang inovatif bagi guru dapat digunakan untuk menerapkan temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih lagi jika temuan itu merupakan temuan yang pernah ditemukan dalam penelitian tindakan kelas atau sejumlah pengalaman yang telah ditemukan selama menjadi guru melalui pembelajaran yang inovatif ini, siswa tidak akan buta tentang teknologi dan mereka bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada sekarang ini. Dengan demikian pembelajaran diwarnai oleh hal-hal baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika pembelajaran inovatif ini berjalan dengan baik di sekolah, maka dapat dipastikan bahwa semboyan sekolah sebagai pusat pengembangan kebudayaan benar-benar terwujud. Uno dan Mohamad, (2012). Menurut Jauhar, (2011) “pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan apabila dilakukan dengan cara mengitegrasikan atau alat bantu terutama media yang berbasis tekhnologi yang baru atau maju kedalam proses pembelajaran tersebut”. Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa dilakukan dengan cara-cara diantaranya dapat menampung setiap tindakan dan karakter peserta didik yang beraneka ragam. Menurut Juhar, (2011) guru dan peserta didik dapat bertindak inovatif dalam hal: Guru: a. Menggunakan bahan atau materi baru yang bermanfaat dan bermartabat. b. Menerapkan berbagai pendekatan dengan gaya baru. c. Memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional menjadi pendekatan inovatif yang sesuai dengan keadaan peserta didik, sekolah dan lingkungan. d. Melibatkan perangkat teknologi pembelajaran. Peseta didik: a. Mengikuti pembelajaran yang inovatif sesuai aturan yang berlaku. b. Berupaya mencari bahan atau materi sendiri dari sumber yang relevan. c. Menggunakan perangkat tekhnologi dalam pembelajaran. Beberapa model yang diterapkan dalam pembelajaran yang inovatif menurut Uno dan Mohamad (2012) adalah sebagai berikut: (1) Model Pembelajara Tipe STAD, (2) Model Pembelajara Grouph Investigation, (3) Model Pembelajaran Strategi KWL (Know, want, learn), (4) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw, (5) Model Pembelajaran Langsung, (6) Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (7) Model Pembelajaran PQ4R, (8) Model Pembelajaran Strategi Directed Reading Activity, (9) Model Pembelajaran Cooperatve Integrated Reading And Composition, (10) Model Pembelajaran SQ3R. 3) Pembelajaran yang Menggunakan Lingkungan Strategi pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah salah satu strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang ada dalam buku atau kitab yang merupakan pegangan guru. Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan lebih mengendapkan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada di lingkungannya. Misalnya siswa yang sekolahnya berada di kompleks perkotaan, maka bagaimana memanfaatkan hal-hal yang ada di kota itu menjadi sumber belajar siswa. Demikian pula siswa yang sekolahnya di dekat laut, bagaimana menggunakan laut dan sekitarnya itu sebagai sumber belajar siswa. Dengan mengetahui lingkungan yang ada di sekitarnya, maka kelak siswa setelah selesai belajar, dia akan berusaha memanfaatkan lingkungan ini sebagai sumber daya yang akan dikelolahnya sebagai sumber daya yang dapat memberikan nilai tambah baginya. Sebagai contoh ketika mengenalkan alat-alat transportasi kepada siswa, sebaiknya memberikan contoh transportasi yang ada di kota atau di desa di mana siswa belajar. Jangan memberikan contoh transportasi “kereta api” bagi siswa yang ada di Sulawesi, Maluku, dan Irian sebab alat transportasi “kereta api” tidak ada di tiga pulau itu. Pendek kata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran dan meningkatkan hasil pembelajaran. Uno dan Mohamad (2012). Menurut Uno dan Mohamad (2012) bahwa “lingkungan merupakan sumber belajar yang paling efektif serta tidak membutuhkan biaya yang besar dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik” kelebihan dan kelemahan konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan dapat diuraikan menurut Uno dan Mohamad (2012) sebagai berikut: Kelebihan: a. Peserta didik dibawa langsung kedalam dunia belajar yang konkret tentang penanaman konsep belajar. b. Lingkungan dapat digunakan setiap saat, kapan pun dan dimana pun sehingga tersedia setiap saat tetapi tergantung dari jenis materi yang diajarkan. c. Tidak menggunakan biaya yang besar karena semua telah disediakan oleh lingkungan. d. Mudah untuk dicerna oleh peserta didik karena materi disediakan secara konkret. e. Motivasi belajar peserta didik akan bertambah karena peserta didik mengalami suasana belajar yang berbeda. f. Peserta didik tidak mengalami kejenuhan karena suasana belajar yang nyaman. g. Membuka peluang peserta didik untuk berimajinasi. h. Konsep pembelajaran tidak terkesan monoton. i. Peserta didik lebih leluasa dalam berpikir dan cenderung untuk memikirkan materi yang diajarkan telah tersaji didepan mata. Kelemahan: a. Lebih cenderung digunakan dalam mata pelajaran IPA. b. Perbedaan kondisi lingkungan disetiap daerah. c. Pergantian musim yang menyebabkan perubahan kondisi lingkungan. d. Timbulnya bencana alam. Lingkungan sangat berperan dalam pembelajaran agar tidak membosankan dalam proses belajar mengajar, sehingga peserta didik dapat belajar dengan nyaman dalam kegiatan yang menyenangkan. Sedangkan pakar lain berpendapat sebagai berikut: Lingkungan (fisik, social, dan budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus diluar kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti, mengamati, mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar atau diagram. (Hamdani, 2011) Konsep pembelajaran yang diperoleh berdasarkan uraian diatas yaitu dengan memanfaatkan lingkungan memberikan peluang yang sangat besar kepada peserta didik dalam meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik yang berdampak pada hasil belajar peserta didik yang meningkat dengan biaya yang tidak besar namun pembelajaran dapat lebih efektif karena peserta didik diajak langsung mengamati apa yang ada di sekitar peserta didik. 4) Pembelajaran yang Kreatif Pembelajaran yang kreatif juga sebagai salah satu strategi yang mendorong siswa untuk lebih bebas mempelajari makna yang dia pelajari. Pembelajaran yang kreatif juga sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Pembelajaran yang kreatif ini pada dasarnya mengembangkan belahan otak kanan anak dalam teori Hemosfir disebutkan bahwa belahan otak anak terdiri dari belahan kiri dan kanan. Belahan kiri sifatnya konveregen dengan ciri utamanya berpikir linear dan teratur, sementara belahan otak kanan sifatnya difergen dengan ciri utamanya berpikir konstruktif, kreatif dan holistik. Dengan demikian pembelajaran yang aktif menghendaki guru harus kreatif, dan siswa dapat mengembangkan kreativitasnya. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat atau menciptakan hal-hal baru atau kombinasi baru berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang ada. Memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dan menghasilkan karya cipta yang diperoleh melalui pengetahuan atau pengalaman hidup serta mampu memunculkan ide-ide kreatif yang inovatif. Di sinilah esensi pembelajaran yang kreatif perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Menurut Juhar, (2011) “pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik dan tipe serta gaya peserta didik”. Selain itu, guru dan peserta didik betindak kreatif dalam hal: Guru, (1) mengembangkan kegiatan belajar yang beragam, (2) membuat alat bantu belajar meskipun sederhana tapi berguna. Peserta didik (1) merancang atau membuat sesuatu, (2) menulis atau mengarang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah salah satu kunci yang perlu dilakukan guru untuk memberikan layanan pendidikan yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan. Untuk meningkatkan minat belajar peserta didik dibutuhkan guru yang kreatif dalam mengajar. 5) Pembelajaran yang Efektif Pembelajaran yang efektif adalah salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan guru dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran yang efektif ini menghendaki agar siswa yang belajar dimana dia telah membawa sejumlah potensi lalu dikembangkan melalui kompetensi yang telah ditetapkan, dan dalam waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa dengan baik atau tuntas. Dalam menerapkan strategi ini tentu tujuan yang akan disusun dan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan perlu mempertimbangkan karakteristik siswa. Untuk itu sebelum strategi ini digunakan, terlebih dahulu siswa dianalisis karakteristiknya berupa analisis minat, bakat, kemampuan awal atau motivasi belajar siswa hingga gaya belajar mereka. Hasil belajar ini digunakan sebagai dasar menetapkan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran. Dengan strategi ini akan terjadi proses pembelajaran yang kondusif karena guru ketika memberikan pembelajaran telah terbekali dengan karakteristik siswa yang menjadi dasar penetapan metode dan penggunaan media pembelajaran. Dengan kata lain strategi pembelajaran yang efektif adalah strategi pembelajaran yang mempertimbangkan karakteristik siswa bagaimana kemampuannya, metode apa yang cocok digunakan, media apa yang pas diterapkan serta evaluasi pembelajaran pun didasarkan pada kemampuan siswa. Segala pertimbangan dalam strategi ini menyangkut tujuan yang disusun berdasarkan kemampuan siswa, pemilihan materi yang benar-benar menunjang tujuan, penetapan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, penggunaan media yang pas serta evaluasi yang tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan, pada akhirnya tetap kembali pada bagaimana peran seoarang guru dalam mengelolah proses pembelajaran. Menurut Watruba dan Wright 1985 dalam Uno dan Mohamad (2012) berdasarkan pengkajian dan penelitian mengidentifikasi tujuh indikator yang dapat menunjukan pembelajaran yang efektif, diantaranya ialah: (1) pengorganisasian materi yang baik, (2) komunikasi yang efektif, (3) penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran, (4) sikap positif terhadap peserta didik, (5) pemberian nilai yang adil, (6) keluwesan dalam pendekatan pembelajaran, (7) hasil belajar peserta didik yang baik. Berikut ini adalah prinsip dasar dan implikasinya dalam pembelajaran efektif menurut Uno dan Mohamad (2012) diantaranya: (1) perhatian, (2) motivasi, (3) keaktifan, (4) keterlibatan langsung atau pengalaman, (5) pengulangan, (6) tantangan, (7) balikan atau penguatan, (8) perbedaan individual. Juhar, (2011: 163) mengatakan “untuk mengetahui kefektivan dalam proses pembelajaran, maka setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi, evaluasi bukan sekedar tes saja tetapi semacam refleksi atau perenungan yang dilakukan guru dan peserta didik didukung oleh catatan guru. “guru dan peserta didik bertindak efektif dalam hal: Guru, (1) menguasai materi yang diajarakan, (2) mengajar dan mengarahkan dengan memberikan contoh, (3) menghargai dan memotivasi peserta didik, (4) memahami tujuan pembelajaran, (5) mengajarkan keterampilan memecahkan masalah, (6) menggunakan metode yang bervariasi, (7) mengembangkan pengetahuan pribadi dengan banyak membaca, (8) mengajarkan cara memahami sesuatu, (9) melaksanakan penilaian dengan tepat dan benar. Peserta didik, (1) menguasai pengetahuan atau keterampilan atau kompetensi yang diperlukan, (2) mendapat pengalaman baru yang berharga. Berdasarkan uraian di atas mengenai pembelajaran yang efektif bahwa segala pertimbangan dalam strategi ini menyangkut tujuan yang disusun berdasarkan kemampuan peserta didik, pemilihan materi yang benar-benar menunjung tujuan, penetapan metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, penggunaan media yang sesuai dan evaluasi yang tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan, dan pada akhirnya tepat pada ketertiban guru bagaimana peran guru dalam mengelolah proses pembelajaran yang efektif. 6) Pembelajaran yang Menarik Muara dari semua strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah bagaimana proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa yang belajar. Pembelajaran yang menarik dalam posisi variable pembelajaran sebagaimana yang diungkap Reigeluth (1986), Merrill (1984) menempati variable hasil pembelajaran, selain kefektivan dan efesiensi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang menarik tentu tidak akan berjalan hampa tanpa dibarengi dengan penyiapan suasana pembelajaran yang mendorong siswa akan memperdalam apa yang dia pelajari. Dalam kaitan ini seorang guru yang baik, sebagai mana disebutkan di atas bahwa peran guru sekarang ini sangat efektif jika guru memosisikan sebagai fasilitator belajar. Artinya guru menyediakan situasi atau suasana agar pembelajaran itu berjalan dengan baik. Dalam kaitan ini hal yang perlu disiapkan guru adalah (1) media pembelajaran disiapkan dengan baik (2) lingkungan belajar di-setting sesuai objek materi yang dipelajari, (3) metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan karakteristik siswa yang belajar, (4) siswa diperlakukan sebagai seorang yang perlu dilayani. Jadi, inti dari strategi pembelajaran yang menraik terletak pada bagaimana memberikan pelayanan kepada siswa sebab posisi jika siswa diibaratkan dalam perusahaan, maka siswa merupakan pelanggan yang perlu dilayani dengan baik. Jika kegiatan guru sudah seperti diatas maka siswa akan merasa benar-benar tertarik untuk belajar dan mungkin juga siswa merasa lebih suka di sekolah, dekat dengan gurunya. Strategi pembelajaran PAILKEM suatu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kelas. Namun dalam pembelajarannya terdapat kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan yang dimiliki oleh strategi pembelajaran PAILKEM adalah: a) Guru sebagai fasilitator dalam belajar, b) Strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar, c) Strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak bergantung dari apa yang ada pada buku atau kitab yang merupakan pegangan guru, d) Strategi yang mendorong siswa untuk lebih bebas mempelajari makna yang dia pelajari, e) strategi pembelajaran yang mempertimbangkan karakteristik siswa, dan f) suasana pembelajaran mendorong siswa memperdalam apa yang dia pelajari. Kekurangan pembelajaran PAILKEM adalah: a) Siswa harus menggali pengetahuannya sendiri dalam belajar, b) Siswa harus menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang dia pelajari sehingga tidak tertinggal dengan temannya, dan c) Guru harus menyiapkan segala perangkat pembelajaran dalam mengajar. Penerapan suatu strategi pembelajaran dalam kelas haruslah dilakukan dengan penuh inovasi. Maka dalam penerapan strategi pembelajaran PAILKEM ini penulis menggunakan metode pembelajaran Outdoor Study dengan harapan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 4. Metode Outdoor Study Metode kegiatan lapang adalah metode yang berusaha menelusuri dan menginvestigasikan masalah tertentu di lapangan. Kegiatan diluar kelas untuk mempelajari situasi baru dan berbeda. Siswa juga dapat melakukan survey untuk proyek pelajaran sosial, membuat peta lingkungan dan lain-lain.(Anonim,2014). Kegiatan lapangan merupakan suatu kegiatan belajar yang tidak dilakukan di dalam kelas. Kegiatan ini dilakukan di lapangan atau di halaman terbuka dengan memanfaatkan objek yang ada di alam sekitar atau di lingkungan sekitar kegiatan belajar tidak selalu harus dilakukan di dalam ruangan kelas berdasarkan rancangan tertentu, tetapi ada kegiatan belajar yang dilakukan di luar ruangan kelas yang bertujuan untuk menambah pengetahuan , memantapkan teori yang telah dipelajari di dalam kelas atau untuk membuktikan secara konkret teori– teori yang telah dipelajari di dalam kelas (Anonim,2014). Kegiatan lapangan sering disamakan dengan kerja laboratorium menjadi pelajaran laboratorium (laboratory lesson). Bisa dikatakan bahwa lapangan tempat dilaksanakannya kegiatan belajar merupakan laboratorim terbuka. Selain keterkaitan itu , dalam banyak hal kegiatan atau kerja lapangan sama dengan metode laboratorium. Kedua kegiatan ini memiliki tujuan dan faedah yang sama yaitu untuk mencari kebenaran atau untuk mendapatkan membuktian secara konkret terhadap suatu materi yang telah dipelajari di dalam kelas. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan lapangan ini merupakan pelengkap atau penguat dari kegiatan dalam kelas, mengingat kegiatan kelas sebagian besar biasanya hanya memaparkan teori tanpa praktek langsung (Anonim,2014). Metode outdoor study merupakan seperangkat alat pembelajaran yang dilakukan diluar kelas (memanfaatkan kondisi lingkungan di sekeliling sekolah). Pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subjek (bukan objek) objek terdidik yang berinteraksi secara langsung dengan objek yang dikaji di lapangan (outdoor). Pembelajaran semacam ini mengarah pada aktivitas, kreativitas, dan kekritisan siswa pada rana kognitif, afektif, dan psikomotorik (Dwi,2009) Ketika guru memilih objek pembelajaran di lingkungan luar sekolah ada beberapa pertimbangan yang dapat digunakan dalam memilih waktu lokasi untuk kegiatan belajar di luar kelas diantaranya : (1) sesuai dengan kurikulum yang berlaku; (2) mudah dijalankan; (3) tidak menggunakan biaya yang mahal; (4) memiliki potensi untuk digunakan pada berbagai materi; (5) tidak asing bagi guru (Vera,2012) Adapun prosedur untuk mempersiapkan pembelajaran dengan outdoor study sebagai berikut: “(1) Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan untuk memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif hasil; (2) menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai, kegiatan outdoor study ini dapat divariasi sendiri oleh guru ; (3) guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan memotivasi; (4) menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan outdoor study ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran atau dapat juga dilaksanakan diluar jam pelajaran; (5) menentukan rute perjalanan outdoor study, dapat dilaksanakan satu kelas bersama-sama. Outdoor study dapat menggunakan rute di sekitar sekolah atau di lingkungan warga sekitar; (6) siswa dapat bekerja secara individual dan dapat bekerja dalam kelompok-kelompok kecil; (7) para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalaman; (8) setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan kegiatan outdoor study yaitu guru menjelaskan aturan dalam pembelajaran dengan outdoor study” (Hamalik, 2003). Setiap metode pembelajaran masing – masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan metode kegiatan lapangan ini. Berbagai kelebihan kegiatan pembelajaran di luar kelas adalah: “(1) Mendorong motivasi belajar, (2) suasana belajar yang menyenangkan, (3) mengasah aktivitas fisik dan kreativitas, (4) penggunaan media pembelajaran yang konkret; (5) penguasaan keterampilan dasar, sikap, dan apresiasi; (6) penguasaan keterampilan sosial; (7) keterampilan studi dan budaya kerja; (8) keterampilan bekerja kelompok; (9) mengembangkan sikap mandiri; (10) hasil belajar yang permanen di otak (tidak mudah dilupakan); (11) tidak memerlukan banyak peralatan; (12) keterampilan intelektual; (13) mendekatkan hubungan emosional antara guru dan siswa; dan (14) mengarahkan sikap ke arah lingkungan yang lebih baik” (Vera,2012). Adapun kekurangan metode outdoor study yaitu: “ (1) kegiatan dilakukan di luar kelas sehingga membutuhkan banyak waktu dan persiapan; (2) membutuhkan tenaga yang ekstra dari guru untuk mengawasi siswa selama kegiatan; (3) jika sekolah tidak memiliki tempat yang cukup luas untuk kegiatan di luar kelas maka guru harus mencari tempat alternatif lainnya; (4) siswa terkadang bermain sendiri dan enggan belajar; dan (5) guru harus membuat rencana dan susunan kegiatan terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan” (Puti, 2012). Dari kelemahan dengan menggunakan pembelajaran outdoor study di atas berikut Tabel 2.1 yang akan menjelaskan mengenai kendala di luar kelas dan cara mengatasi kendala tersebut. Tabel 2.1 Kendala Belajar Di Luar Kelas Dan Cara Mengatasinya No. Kendala belajar di luar kelas Cara mengatasinya 1 Para siswa bisa keluyuran ke mana-mana karena berada di alam bebas (di luar kelas) Guru perlu memperhatikan para siswa dan dibentuk belajar kelompok, sehingga pengawasannya mudah 2 Gangguan konsentrasi Guru harus pandai memilih objek belajar yang menyenangkan terhadap siswa 3 Kurang tepat waktu (waktu akan tersita) Guru membuat jadwal paten, baik dari segi tempat, waktu dan pelaksanaan 4 Pengelolaan kelas lebih sulit Menentukan area yang boleh dikunjungi dan tidak boleh dikunjungi 5 Lebih banyak menguasai praktik dan minim teori Guru tidak melaksanakan kegiatan belajar diluar kelas secara terus menerus 6 Bisa terserang panas dan dingin Guru harus menjadikan panas dan dingin di luar kelas sebagai objek pembelajaran , bukan dihindari. Sumber: Vera, adelia,2012 5. Hasil Belajar Geografi Winkey 1996 (dalam Purwanto 2009) mengemukanan hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Dimyati dan Mudjiono 2009, belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia atau hal-hal lain yang bisa dijadikan bahan ajar. Menurut Purwanto 2009, hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan. Menurut Ramli (2008) Ilmu geografi merupakan suatu pengetahuan ilmu kebumian yang mempelajari fenomena-fenomena geosfer dengan pendekatan spasial, ekologi, dan wilayah majemuk (regional kompleks). Pembelajaran geografi dimulai dari tema yang paling sederhana, dimulai dengan memplotkan masuk tema-tema yang sederhana. Artinya memilih satu persatu tema diantara berbagai versi tema gejala yang ada pada landscape (bentang lahan); dan diplot masuk ke “peta dasar” yang sudah dibentuk atau disiapkan sebelumnya. Pembelajaran geografi adalah proses pengalaman menata pengetahuan (tentang gejala geografi) ke dalam peta pikiran siswa yang berorientasi keruangan (Hanafie, 2011). Demikian itulah prosesnya, selangkah demi selangkah, siswa diantar, didampingi, dibimbing dan difasilitasi untuk mampu mengakses atau mengaplikasikan peta konsepnya yang “spatial orientated” dalam proses membaca, menganalisis dan menafsirkan peta gejala landscape; yaitu kerja menata arsitektur pengetahuan yang rasional dan sistematik (Hanafie, 2011) sehingga menghasilkan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 6. Materi Lingkungan Hidup Lingkungan merupakan suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Adapun penggolongan faktor-faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: (1) Lingkungan abiotik seperti suhu udara, cahaya atmosfer, hara mineral, air, tanah dan api; dan (2) lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan abiotik (Anshoriy dan Sudarsono, 2008). Pembangunan dalam pelaksanaannya harus diatur jangan sampai mengganggu unsur lingkungan hidup. Pembangunan itu harus berwawawasan lingkungan, artinya dengan upaya sadar dan terencana dalam menggunakan dan mengelola secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu kehidupan. Hal inilah yang disebut dengan pembangunan berkelanjutan karena pembangunan tersebut memiliki tujuan yang berkesinambungan dengan memperhatikan banyak aspek. Ciri-ciri pembangunan berkelanjutan adalah : (1) Mampu meminimalkan kerusakan dan pencemaran lingkungan; (2) memperhatikan keseimbangan antara lingkungan fisik dan emosi; (3) mendasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan serta memperhatikan moral atau nilai-nilai adat yang dianut dalam masyarakat; (4) memiliki sifat-sifat fundamental dan ideal serta berjangka pendek dan panjang; (5) memperluas lapangan dan kesempatan kerja; (6) mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat; (7) mampu melakukan pemerataan atau keseimbangan kesejahteraan hidup antar golongan dan antar daerah; (8) mampu menunjukkan peningkatan produksi nasional; dan (9) berpedoman untuk selalu mempertahankan stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan nasional. “Pada pasal 6 ayat (1) UU Nomor 23 tahun 1997 ditetapkan “setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup”. Selanjutnya menurut Pasal 14 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 1997 ditegaskan “untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu lingkungan dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup” (Utama, 2007). Konsep pelestarian lingkungan hidup di atas menunjukkan yang dilestarikan dan tidak dilakukan perubahan adalah fungsi atau kemampuan lingkungan hidup didalam mendukung pembangunan berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Beberapa contoh pelestarian lingkungan hidup adalah larangan memelihara tumbuhan yang dilindungi dalam keadaan hidup atau mati, larangan penggunaan racun dan bahan peledak dalam penangkapan ikan, larangan perdagangan flora dan fauna langka yang dilindungi dan larangan pembukaan lahan baru (Utama, 2007). B. Kerangka Pikir Salah satu peran penting guru dalam pembelajaran, tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman belajar. Cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengajar yang dapat menjadikan informasi yang diterima oleh siswa menjadi bermakna dan relevan bagi siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siwa agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar yang kemudian diharapkan dapat menunjung hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik itu faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal biasanya akan berpengaruh terhadap faktor internal siswa itu sendiri, dimana jika kita memperbaiki faktor eksternal diharapkan dapat berpengaruh baik terhadap faktor internal siswa. Banyak hal yang termasuk dalam faktor eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa salah satu diantaranya adalah pemilihan strategi belajar yang dilakukan oleh guru. Dengan pemilihan strategi belajar yang tepat diharapkan dapat berpengaruh terhadap sikap belajar, keinginan, semangat dan motivasi siswa dalam belajar sehingga diharapkan siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Secara singkat dapat dilihat dibawah ini: Faktor eksternal siswa Faktor internal siswa Hasil belajar siswa (tanda baca dibaca sebagai mempengaruhi ) Salah satu strategi pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa yang kemudian dianggap sinergik dengan mata pelajaran geografi adalah strategi pembelajaran PAILKEM dimana dengan strategi ini diharapkan mampu mempengaruhi keinginan, semangat dan motivasi siswa dalam belajar sehingga dapat berpengaruh baik terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran geografi. Dimana seperti pembahasan sebelumnya dengan strategi pembelajaran PAILKEM yang dimplementasikana dalam metode outdoor study ini diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi yang dimiliki oleh siswa dan pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka. Dengan strategi pembelajaran PAILKEM yang diimplementasikan dalam metode outdoor study kita akan melihat bagaimana perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi dengan strategi pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru mata pelajaran geografi yang bersangkutan dalam hal ini pembelajaran konvensional. C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran PAILKEM dalam metode outdoor study terhadap hasil belajar geografi siswa berbeda dengan pembelajaran konvensional”. Untuk keperluan pengujian statistik, hipotesis tersebut dirumuskan: H0 : μ1 ≠ μ2 H1 : μ1 = μ2 dengan: μ1 = parameter yang menjelaskan hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran PAILKEM dalam metode outdoor study. μ2 = parameter yang menjelaskan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. “Strategi pembelajaran PAILKEM dalam metode outdoor study efektif terhadap hasil belajar geografi pada siswa SMA Negeri 1 Tanete Rilau, Kabupaten Barru. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Tanete Rilau kelas XI IPS Kabupaten Barru, yang dilaksanakan pada semester genap yaitu bulan April 2014. B. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang akan digunakan adalah Desain Quasi Eksperimen (Desain Eksperimen Semu). C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Kontrol Group Design. Dengan pola : EK O1 X O2 Ko O3 - O4 (Sugiyono, 2010) Keterangan : X : Perlakuan atau treatments - : Tanpa perlakuan O1 : Hasil pretest kelompok kontrol O3 : Hasil pretest kelompok eksperimen O2 : Hasil posttest kelompok kontrol O4 : Hasil posttest kelompok eksperimen EK : Kelompok eksperimen Ko : Kelompok kontrol Untuk mengontrol ancaman validitas yan disebabkan oleh pengetahuan awal siswa data yang dianalisis adalah gain score ternormalisasi (g) yang dirumuskan dengan (Savinaenan & Scott, 2002) Untuk menguji perbedaan rata-rata gain score (g) dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, digunakan teknik uji t. Uji t juga digunakan untuk menguji perbedaan skor pemecahan masalah siswa. Di samping menguji keunggulan komparatif model, efektivitas model pembelajaran juga diukur dengan kriteria nilai g, yaitu : g > 0,7 efektivitas tinggi 0,3 < g < 0,7 efektivitas sedang g< 0,3 efektivitas rendah. (Savinaenan & Scott, 2002) D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Menurut M. Toha Anggoro (2007) Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui. Selanjutnya Hastuti (2006) berpendapat bahwa “ Populasi adalah keseluruhan gejala dengan karakteristik yang sama yang dijadikan sebagai objek penelitian”. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah kelompok individu atau obyek yang sama yang akan diteliti. Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1 tanete Rilau Kabupaten Barru tahun ajaran 2013-2014 yang menjadi populasi terjangkau yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah sekitar 136 siswa. 2. Sampel Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian, dengan kata lain sampel adalah himpunan bagian dari populasi (M. Toha Anggoro 2007). salah satu syarat yang harus dipenuhi diantaranya adalah bahwa sampel harus diambil dari populasi terjangaku sebanyak dua kelas yaitu kelas XI IPS 2 sebagai kelompok eksperimen dan kelas XI IPS 1 sebagai kelompok kontrol. E. Tekhnik Pengambilan Sampel Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah tekhnik penarikan sampel nonprobilitas yaitu sampel purposif dimana penarikan sampel dilakukan atas dasar penggetahuan dan pertimbangan pribadi peneliti. Prosedur penarikan sampel yaitu menentukan populasi yang akan diteliti yaitu siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanete Rilau, menentukan ukuran sampelnya, dan memilih anggota sampel yang memenuhi kualifikasi atau sesuai kriteria-kriteria yang ditentukan dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dalam hal ini kelas XI IPS 1 dan kelas XI IPS 2. F. Prosedur Pelaksanaan Eksperimen 1. Tahap Persiapan a. Mengadakan observasi ke sekolah dan berkonsultasi dengan guru bidang studi geografi kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanete Rilau mengenai keadaan siswa, hasil belajar geografi siswa, materi pelajaran yang akan diteliti, waktu penelitian dan kelas yang akan digunakan untuk penelitian. b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tiap kali pertemuan. c. Meminta izin kepada instansi yang terkait sehubungan dengan penelitian yang diadakan. d. Menyusun instrumen tes hasil belajar. 2. Tahap Pelaksanaan Tabel 3.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Di Luar Kelas (Outdoor Study) No Tahap Pelaksanaan Kegiatan 1. Perencanaan • Guru mempersiapkan perlengkapan belajar yang diperlukan. • Guru merumuskan dan mengembangkan indikator yang akan dicapai oleh siswa nanti. • Guru menyajikan pengalaman belajar yang bersifat memotivasi. (efektif) • Guru merencanakan membagi kelompok kelompok siswa.(efektif) • Guru menetapkan tujuan objek serta lamanya waktu observasi.(menarik) • Guru meminta siswa untuk mencari materi sendiri yang relevan dengan materi yang akan di ajarkan. (inovatif) 2. Pendahuluan • Salam pembuka dan doa. • Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan psikis. (efektif) • Guru melakukan apersepsi. • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.(efektif) • Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada hari itu.(efektif) 3. Pelaksanaan • Guru menjelaskan keadaan lokasi objek secara global • Guru menetapkan teknik mempelajari objek. (inovatif) • Guru membahas pembagian kelompok kelompok siswa. • Guru mengajak siswa menuju lokasi pengamatan. (efektif) • Siswa Observasi (lingkungan) • Kerjasama kelompok.(kreatif) • Guru dan siswa melakukan tanya jawab. (aktif) • Guru mengajak siswa masuk ke dalam kelas. (efektif) • Siswa mendiskusikan hasil pengamatan di kelas yang dipandu oleh guru.(aktif) • Guru dan siswa melakukan pembahasan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok.(aktif) • Guru menciptakan suasana belajar tanpa tekanan dan suasana menyenangkan.(kreatif) 4. Kegiatan akhir • Kesimpulan • Evaluasi hasil belajar siswa • Pemantapan dengan cara para siswa didorong untuk menginternalisasikan konsep, pengetahuan, dan keterampilan yang baru saja diperoleh dalam kegiatan mereka sehari – hari. • Tindak lanjut 3 Tahap Akhir 1. Mengumpulkan data dari hasil penelitian. 2. Mengolah data dari hasil penelitian. G. Tekhnik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes hasil belajar geografi setelah diberikan perlakuan dari masing-masing kelompok. Kriteria pemberian skor pada lembar jawaban adalah tiap-tiap butir soal yang dijawab dengan benar diberi skor 1 dan jika dijawab salah diberi skor 0. pada saat evaluasi siswa kelas R¬1 dan R2 diberikan soal sebanyak 20 nomor. Langkah-langkah penyusunan tes hasil belajar geografi adalah sebagai berikut: 1) Tahap Pertama Penyusunan kisi-kisi yang didasarkan pada konsep materi. Butir-butir tes dibuat dalam bentuk pilihan ganda yang telah dipelajari. 2) Tahap Kedua Tahap kedua ini adalah tahap validitas soal. Tes hasil belajar geografi yang telah disusun berdasarkan kisi-kisi soal divalidasi oleh validator. H. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar geografi. Tes ini digunakan sebagai alat pengumpul data variabel hasil belajar geografi setelah mengikuti proses belajar mengajar. Penyusunan tes hasil belajar geografi yang didasarkan pada kisi-kisi tes yang meliputi materi semester genap. Item-item tes dibuat pada materi yang diberikan selama penelitian yang terdapat pada semester genap kelas XI IPS. I. Tekhnik Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan dua teknik analisis statistika, yaitu: 1. Analisis Statistika Deskriptif Analisis statistika deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik hasil belajar siswa yang meliputi: nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, standar deviasai. dan tabel distribusi frekuensi dan presentase hasil belajar. Untuk kategori nilai merujuk pada buku laporan pendidikan yang diterapkan oleh dapertemen pendidikan dan kebudayaan sebagai berikut: Nilai Hasil Belajar Kategori 0 – 34 35 – 54 55 – 64 65 – 84 85 – 100 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Sumber: Amirullah 2009 2. Analisis Statistika Inferensial Analisis statistika inferensial yang digunakan untuk menguji perbedaan hasil belajar siswa dari dua kelompok yang diberi perlakuan yang berbeda. Statistika inferensial yang digunakan adalah uji-t.

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN EKSPERIMEN Rating: 4.5 Diposkan Oleh: jelajahpemikir

0 komentar:

Posting Komentar