Selasa, 19 Januari 2016

Landasan Psikologis Pendidikan

LANDASAN PSIKOLOGI A. Definisi Psikologi Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa Inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu: 1) psyche yang berarti jiwa; 2) logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa. Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Karena kontak dengan berbagai disiplin ilmu itulah, maka timbul bermacam-macam definisi psikologi yang satu sama lain berbeda, seperti: 1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the sscience of mental life); 2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind) 3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior) Selanjutnya, dalam Ensiklopedia Pendidikan, Poerbakawatja dan Harahap (1981) membatasi arti psikologi sebagai “cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa” dalam ensiklopedia ini dibatasi pula bahwa gejala dan kegiatan jiwa tersebut meliputi respons organisme dan hubungannya dengan lingkungan B. Definisi Pendidikan Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan member latihan. Dalam memelihara dan member latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya, pengertian pendidikan menurut Kamus Besar Bahas Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian yang luas dan representative (mewakili/mencerminkan segala segi), pendidikan ialah …. The total process of developing human abilities and behaviors, drawing on almost all life’s experiences (Tardif, 1987). (seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses pengunaan hamper seluruh pengalam kehidupan). Dalam Dictionary of Psychology (1972) Pendidikan diartikan sebagai…. The institusional procedures which are employed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes, etc. usually the term is applied to formal institution. Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperi sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainnya. Pendidika dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi-intitusi lainnya. Bahkan, menurut definisi diatas, pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri (self-instruction). Selanjutnya, menurut Poerbakawatja dan Harahap (1981) Pendidikan adalah: …usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke dewasaan yang lalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya… orang dewa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik. Misalnya guru disekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan. Kepala-kepala asrama dan sebagainya. C. Definisi Psikologi Pendidikan Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri, mereka menganggap psikologi pendidikan tidak memiliki teori, konsep, dan metode sendiri. Salah seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan adalah Arthur S. Reber (1988) seorang guru besar pada Brooklyn College, University of New York City, University of British Columbia Canada, dan juga pada University of Innsbruck Austria. Dalam pandangannya, psikolgi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikolgi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut. 1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas 2. Pengembangan dan pembaharuan kurikulum 3. Ujian dan evaluasi bakat kemampuan 4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif 5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan Secara lebih sederhana dan praktis, Barlow (1985) mendefinisikan psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif. Tekanan definisi ini secara lahiriah hanya berkisar sekitar proses interaksi antaraguru-siswa dalam kelas. Sementara itu, Tardif (1987) mendefinisikan psikologi pendidikan cenderung menganggapnya semata-mata sebagai ilmu terapan. Baginya, psikolgi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha pendidikan. Adapun ruang lingkupnya, meliputi: 1. Context of teaching and learning (situasi atau tempat yang berhubungan denagn mengajar dan belajar) 2. Process of teaching and learning (tahapan-tahapan dalam menagajar dan belajar) 3. Outcomes of teaching and learning (hasil-hasil yang dicapai oleh proses mengajar dan belajar) Selanjutnya, perlu penyusun kemukakan bahwa berdasarkan pertimbanagn definisi-definisi di atas dan diperkuat kenyataan sehari-hari, dapat dipastikan bahwa disiplin psikologi pendidikan pada dasarnya mencurahkan perhatiannya pada perbuatan atau tindak-tanduk orang-orang yang belajar dan mengajar. Oleh karenannya, psikolgi pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian 1. Siswa, yaitu orang-orang yang sedang belajar, termasuk pendekatan, strategi, faktor yang mempengaruhi, dan prestasi yang dicapai 2. Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar, termasuk metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar (Tirtarahardja & Sulo, 2008: 106). Kecerdasan umum (intelegensi) atau kecerdasan dalam bidang tertentu (bakat) dipengaruhi oleh kemampuan potensial, namun kemampuan potensial itu hanya akan aktual apabila dikembangkan dalam situasi yang kondusif. Kecerdasan aktual terbentuk karena adanya pengalaman. Definisi psikologi pendidikan menurut Whiteringtone (dalam Irham dan Novan, 2013:18) adalah sebuah studi yang sistematis tentang faktor-faktor dan proses kejiwaan yang berhubungan dengan pendidikan manusia. Sebagai cabang ilmu psikologi, psikologi pendidikan mempelajari tentang penerapan berbagai teori-teori psikologi dalam dunia pendidikan terhadap peserta didik dan pendidik dalam proses pembelajaran. Aplikasi dalam praktik proses pembalajaran diwujudkan dalam usaha-usaha yang dilakukan pendidik untuk memunculkan sikap dan prilaku diharapkan, atau mengurangi bahkan menghilangkan sikap dan prilaku yang tidak diinginkan pada peserta didik selama proses pembelajaran. Psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar. D. Psikologi Perkembangan Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah: (Nama Syaodih, 1988). 1. Pendekatan pertahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. 2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. 3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu. Pendekatan pentahapan ada dua macam, yaitu yang bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan. Sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbangkan faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pertahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson. Menurut Crijns(tt) periode atau tahp perkembangan manusia secara umum adalah sebagai berikut: 1. Umur 0 – 2 disebut masa bayi. 2. Umur 2 – 4 tahun disebut masa kanak-kanak. 3. Umur 5 – 8 tahun disebut masa dongeng. 4. Umur 9 – 13 tahun disebut masa Robinson Crusoe (nama seorang petualang). 5. Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan. 6. Umur 14 – 18 tahun disebut masa puber. 7. Umur 19 – 21 disebut masa adolesen. 8. Umur 21 tahun ke atas disebut masa dewasa. Dilihat psikologi perkembangan menurut Rousseau, dia membagi masa perkembangan anak atas empat tahap, yaitu: 1. Masa bayi dari 0 – 2 tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik. 2. Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup manusia primitive. 3. Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk berpetualang. 4. Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksuak menonjol, social, kata hati, dan moral. Stanley Hall penganut teori evolisi dan teori Rekapitulasi menbagi masa perkembangan anak sebagai berikut: 1. Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan bintang. 2. Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu. 3. Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya. 4. Masa adolesen ialah umur 12 – dewasa merupakan manusia berbudaya. Havinghurst menyusun fase-fase perkembangan sebagai berikut: (Mulyani, 1988) 1. Tugas perkembangan masa kanak-kanak. 2. Tugas perkembangan masa anak. 3. Tugas perkembangan masa remaja. 4. Tugas perkembangan masa dewasa awal. 5. Tugas perkembangan masa setengah baya. 6. Tugas perkembangan orang tua. Pembahasan tentang psikologi perkembangan ini mencakup perkembangan umum, kognisi, moral, afeksi, dan kemampuan belajar atau dapat disingkat menjadi teori perkembangan umum, kognisi dan afeksi, member petunjuk yang sangat berharga bagi para pendidik dalam mengoperasikan pendidikannya. Karena itu pendidik harus paham akan taha[-tahap perkembangan ini agar ia dapat membantu perkambangan anak-anak secara optimal pada segala jenjang dan tingkat sekolah. E. Psikologi Belajar Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar. Belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut : 1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut. 2. Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-diulang atau dipraktikkan agar belajar lebih sempurna dan lebih tahan lama diingat. 3. Penguatan, respons yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu. 4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar 5. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktifitas anak-anak. 6. Ada upaya membangkitkan ketrampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar. 7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam faktor dalam pengajaran. 8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pengajaran. Dari berbagai macam teori belajar, maka ada tiga teori belajar yang dapat dikemukakan yaitu : 1. Teori belajar klasik dimana teori ini masih tetap dimanfaatkan, antara lain untuk menghafal perkalian dan melatih soal-soal (disiplin mental). Teori naturalis bisa dipakai dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup. 2. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku nyata, seperti rajin, mendapatkan skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya. 3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi yang rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah, dan untuk mengembangkan ide. F. Psikologi Sosial Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang dimasyarakat, yang mengombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu social untuk mempalajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu (Hollander, 1981) .Dengan demikian psikologi ini akan mencoba melihat keterkaitan masyarakat dengan kondisi psikologi kehidupan individu. Motivasi merupakan salah satu aspek psikologi sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk berpartisipasi di masyarakat. Sehubungan dengan ini, pendidik punya kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah. Berikut intisari konsep-konsep penting tentang psikologi sosial : 1. Pembentukan kesan pertama ditentukan oleh : a. Kepribadian yang diamati b. Perilaku orang tersebut c. Latar belakang situasi waktu mengamati 2. Persepsi diri sendiri bersumber dari perilaku kita yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan, serta banyak dipengaruhi oleh sikap dan perasaan. 3. Sikap muncul bisa secara alami dan dapat juga dengan pengkondisian serta dengan mempelajari sikap para tokoh. 4. Motivasi ditentukan oleh factor-faktor : a. Minat dan kebutuhan individu b. Persepsi terhadap tugas yang menantang c. Harapan sukses 5. Keintiman hubungan yang disebut penetrasi sosial akan terjadi manakala perilaku antarpribadi diikuti oleh perasaan subjektif. 6. Perilaku agresif disebabkan oleh : a. Watak berkelahi b. Gangguan dari pihak lain c. Putus asa Jenis-jenis perilaku agresif adalah : a. Agresif antisosial, seperti memaki-maki b. Agresid proposial, seperti menembak teroris c. Agresif sanksi, seperti menampar orang yang melecehkannya 7. Altruism adalah hasil kasih saying yang tidak diharapkan balasan. 8. Kesepakatan atau kepatuhan memudahkan proses pembinaan dalam suatu kelompok. 9. Ada sejumlah perbedaan kemampuan dan sifat antara anak laki-laki dan anak perempuan. Perbedaan ini disamping bersifat alami, juga karena pengalaman dan pendidikan. 10. Peranan pemimpin cukup menentukan keberhasilan tugas-tugas kelompok. G. Kesiapan Belajar dan Aspek-aspek Individu Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertalian dengan pengetahuan, pikiran, dan kualitas berpikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemampuan-kemampuan ini bergantung pada tingkat kematangan intelektual. Latar belakang pengalaman, dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur (Connel, 1974). Connel (1974) menulis bahwa sejumlah hasil penelitian mengatakan bahwa motivasi atau kesiapan afeksi belajar di kelas bergantung pada kesiapan motif atau kebutuhan berprstasi, orientasi motivasi itu sendiri, dan factor-faktor situasional yang mungkin dapat membangunkan motivasi. Ciri-ciri motivasi yang mendorong untuk berprestasi adalah mengejar kompetensi, usaha mengaktualisasi diri, dan usaha berprestasi. Hal ini dikenal dengan istilah kebutuhan untuk berprestasi, salah satu kebutuhan dalam teori motivasi McClelland. Bagi pendidik di sekolah, baik intervensi pada umur-umur muda maupun melayani motivasi berprestasi pada anak-anak yang lebih tua perlu dilakukan pada setiap saat. Sebab motivasi ini merupakan modal pertama bagi anak-anak untuk grmar belajar. Dalam proses pendidikan peserta didiklah yang harus memegang peranan utama. Sebab mereka adalah individu yang hidup dan mampu berkembang sendiri. Pendidikan harus memerlakukan dan melayani perkembangan mereka secara wajar. Karena peserta didik sebagai individu, maka ada pula orang menyebutnya sebagai subjek didik. Perlengkapan peserta didik sebagai subjek dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok, yaitu : 1. Watak 2. Kemampuan umum atau IQ 3. Kemampuan khusus atau bakat 4. Kepribadian 5. Latar belakang Pendidikan akan menghadapi banyak sekali ragam subjek, yang hampir dapat dikatakan bahwa tiak ada orang yang persis sama satu dengan yang lain. Itulah sebabnya dalam pendidikan sering disebut bahwa subjek didik adalah unik. Walaupun setiap individu dikatakan unik, namun aspek-aspek individu mereka dalah sama, sebab aspek-aspek ini diberi nama sendiri oleh para ahli. Pendapat mereka tentang struktur jiwa manusia pada umumnya ada kesamaan satu dengan yang lain. Mereka membagi jiwa itu menjadi tiga fungsi yaitu afeksi, kognisi dan psikomotor. Namun ada juga yang membagi afeksi menjadi dua yaitu perasaan dan kemauan, sehingga terdapat empat fungsi jiwa yaitu perasaan, kemauan, pikiran dan keterampilan. Dengan demikian fungsi jiwa dan tubuh atau aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut : 1. Rohani : a. Umum : 1) Agama 2) Perasaan 3) Kemauan b. Sosial : 1) Kemasyarakatan 2) Cinta tanah air 2. Jasmani: a. Keterampilan b. Kesehatan c. Keindahan tubuh DAFTAR PUSTAKA Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA Whitherington. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: AKSARA BARU.

Landasan Psikologis Pendidikan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: jelajahpemikir

0 komentar:

Posting Komentar